Menjembatani Komitmen dan Komunikasi: Memahami Hubungan Simbiosis antara Standar ISO dan Sustainability Reporting

Ketika keberlanjutan menjadi suatu keharusan, setiap perusahaan perlu menjawab dua pertanyaan utama: Sejauh mana mereka akan mengelola dampak lingkungan dan sosial, serta bagaimana hal tersebut akan mereka komunikasikan kepada pemangku kepentingan. Keberlanjutan dan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menghilangkan salah satu demi yang lain, tetapi saling melengkapi. Kredit untuk dua elemen utama Standar ISO dan Sustainability Reporting.

Memetakan Medan Perang: Apa Itu Standar ISO dan Sustainability Reporting?

Sebelum membahas hubungan antara kedua konsep ini, kita harus memahami sekilas tentang keduanya.

  1. Standar ISO (International Organization for Standardization): ISO adalah organisasi yang memberikan sertifikasi standar internasional dan kerangka untuk menjaga kualitas, keamanan, dan efisiensi. Dalam ranah keberlanjutan, dua standar yang paling penting adalah:
    • ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan): Ini adalah kerangka untuk suatu perusahaan yang ingin menetapkan, menerapkan, memelihara, dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan pada perusahaan. Ini berfokus pada proses—bagaimana sebuah organisasi mengidentifikasi, mengontrol, dan mengurangi dampak yang diberikan lingkungan terhadap operasinya.
    • ISO 26000 (Pedoman Tanggung Jawab Sosial): Berbeda dengan ISO 14001, ISO 26000 tidak dapat disertifikasi dan bukan merupakan standar, melainkan pedoman. Ia memberikan saran mengenai praktik tanggung jawab sosial yang lebih luas seperti hak asasi manusia, praktik ketenagakerjaan, pengangkatan masyarakat, dan kepatuhan hukum.
  2. Sustainability Reporting: Ini adalah ketika suatu organisasi mengungkapkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosialnya. Laporan ini adalah alat komunikasi. Kerangka kerja yang paling banyak diadopsi di seluruh dunia untuk jenis pelaporan ini adalah GRI (Inisiatif Pelaporan Global). GRI menyediakan standar yang sangat rinci tentang apa yang harus dilaporkan, mulai dari emisi gas rumah kaca dan konsumsi air hingga kondisi kerja dan hak-hak pekerja.

Hubungan Simbiosis : Bagaimana ISO dan Sustainability Reporting Bekerja Sama

Hubungan antara keduanya bukanlah hubungan sebab-akibat yang kaku, melainkan hubungan simbiosis yang saling menguntungkan. Bayangkan sebuah perusahaan yang ingin serius dalam menjalankan bisnis yang berkelanjutan.

1. ISO sebagai “Mesin di Belakang Panggung”, Sustainability Reporting sebagai “Pertunjukan di Atas Panggung”

  • ISO 14001 adalah fondasi operasional. Sebuah perusahaan yang menerapkan ISO 14001 akan memiliki proses sistematis untuk mengidentifikasi aspek lingkungan (misalnya, limbah cair, emisi udara, konsumsi energi). Mereka akan menetapkan tujuan dan sasaran untuk meningkatkan kinerja tersebut, serta memiliki prosedur untuk memantau dan mengukurnya.
  • Data dari sistem ISO inilah yang menjadi “daging” bagi Sustainability Report. Ketika perusahaan itu ingin membuat laporan GRI, mereka tidak perlu lagi kebingungan mencari data. Sistem ISO 14001 telah menyediakan data yang terstruktur dan terverifikasi mengenai kinerja lingkungan. Misalnya, untuk melaporkan indikator GRI tentang konsumsi energi (GRI 302) atau emisi GRK (GRI 305), data tersebut sudah tersedia dan dikelola dalam sistem manajemen.

2.ISO Membangun Kredibilitas Laporan ISO Membangun Kredibilitas Laporan

Sebuah laporan keberlanjutan bisa penuh dengan janji dan narasi yang indah. Namun, tanpa sistem manajemen yang mendasarinya, ia berisiko dianggap sebagai greenwashing. Sertifikasi ISO 14001 oleh badan independen memberikan keyakinan kepada pembaca laporan bahwa data lingkungan yang diungkapkan bukanlah angka yang dibuat-buat, melainkan hasil dari sebuah sistem yang kokoh dan diaudit secara berkala. Ini menambahkan lapisan kredibilitas dan keandalan yang sangat berharga.

3. Sustainability Reporting sebagai “Cermin” untuk Meningkatkan Sistem ISO

Hubungan ini tidak searah. Sustainability Reporting, terutama yang menggunakan kerangka GRI, memaksa perusahaan untuk melihat lebih luas. GRI seringkali mencakup aspek-aspek yang mungkin tidak sepenuhnya tercakup dalam ISO 14001, seperti dampak pada keanekaragaman hayati atau isu sosial yang lebih dalam.Hasilnya? Proses penyusunan laporan dapat mengungkap area-area di mana sistem manajemen perusahaan masih lemah. Misalnya, jika GRI meminta data tentang hak-hak masyarakat adat, dan perusahaan kesulitan menyediakannya, ini menjadi umpan balik yang berharga. Perusahaan kemudian dapat menggunakan pedoman ISO 26000 untuk memperkuat kebijakan dan prosedurnya di area sosial tersebut. Dengan demikian, pelaporan menjadi alat evaluasi yang mendorong perbaikan berkelanjutan pada sistem manajemen.

ISO 14001 vs. GRI: Sebuah Perbandingan yang Membuka Wawasan

Dasar perbedaan antara ISO 14001 dan kerangka GRI adalah perbedaan fokus dan tujuan. GRI lebih berorientasi pada “kinerja dan hasil” yang diekspose ke publik, sedangkan ISO 14001 lebih berkutat pada “proses” yang bersifat internal. Anda bisa membayangkan ISO 14001 sebagai mesin yang berjalan di dalam ruang mesin perusahaan. Standar ini bertujuan untuk membangun sistem manajemen lingkungan yang terencana dan sistematis untuk diidentifikasi, dikendalikan, dan ditingkatkan secara berkelanjutan. Output utama yang diharapkan adalah sertifikasi, pengembangan prosedur yang terdokumentasi, dan proses audit internal yang berfungsi untuk menjaga sistem ini berjalan. Ia adalah alat manajemen yang dirancang untuk kontrol dan perbaikan yang konsisten.

Sebaliknya, GRI adalah “panggung” tempat perusahaan mempertontonkan hasil kinerjanya. Kerangka kerja ini tidak peduli bagaimana perusahaan mengatur proses internalnya tetapi lebih kepada “apa” yang dihasilkan dan apa dampaknya. Karena bersifat komprehensif maka jangkauan standarnya lebih luas dari sekedar ISO 14001 (yang hanya memfokuskan pada lingkungan). Perbedaan lainnya adalah ISO 14001 merupakan standar yang dapat disertifikasi, memastikan bahwa pihak ketiga telah menilai dan menyetujui sistem manajemen tersebut. Namun, laporan tersebut dapat memperoleh penjaminan (assurance) dari pihak independen.

Perbedaannya adalah ISO 14001 lebih pada pengembangan sistem internal dan GRI lebih kepada pelaporan hasil ke dunia luar. Perusahaan yang memperoleh kedua sertifikasi tersebut dapat menunjukkan bahwa mereka memiliki sistem pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan yang solid dan terstruktur (ISO 14001) serta siap mempertanggungjawabkan dampak serta efektivitas penerapan sistem tersebut (GRI).

Kesimpulan: Sebuah Hubungan yang Tak Terpisahkan bagi Masa Depan Bisnis

Standar ISO dan Sustainability Reporting adalah dua mitra yang tak terpisahkan dalam perjalanan menuju bisnis yang berkelanjutan.

  • Standar ISO (terutama 14001 dan 26000) memberikan tulang punggung operasional. Mereka adalah mesin yang memastikan komitmen keberlanjutan dijalankan dengan disiplin, terukur, dan konsisten di dalam organisasi.
  • Sustainability Reporting (seperti GRI) adalah suara dan wajah dari komitmen tersebut. Ia adalah alat transparansi yang mengubah data dan proses teknis menjadi sebuah narasi yang dapat dipahami oleh investor, pelanggan, masyarakat, dan regulator.

Sebuah perusahaan yang hanya memiliki sertifikat ISO tanpa pelaporan, mungkin telah melakukan pekerjaan yang baik tetapi gagal mengomunikasikannya dan mempertanggungjawabkannya secara publik. Sebaliknya, perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan yang megah tanpa didukung oleh sistem manajemen yang kuat, ibarat membangun rumah di atas pasir—rapuh dan rentan terhadap kritik.

Oleh karena itu, hubungan antara ISO dan Sustainability Reporting adalah hubungan yang saling melengkapi dan memperkuat. 

ISO adalah bukti tindakan, sementara Sustainability Reporting adalah cerita dari tindakan tersebut. Dalam lanskap bisnis modern yang semakin menuntut akuntabilitas, menggabungkan kekuatan keduanya bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk membangun ketahanan, reputasi, dan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.

Untuk informasi lebih lanjut atau bantuan dengan sertifikasi ISO 14001, hubungi kami di:

Kontak: Kristina Saragi, 081268161778, kristina@isospace.id

Call Center: 082288303338

Email: marketing@isospace.id

Terima kasih telah membaca!

Avatar ADMIN 02

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You May Love